MARI BERKISAH

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأُولِي الأَلْبَابِ
Telah ada pada kisah-kisah mereka pelajaran bagi orang-orang yang berakal. (QS. Yusuf: 111)

فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Maka, ceritakanlah kisah itu agar mereka berpikir. (QS. Al A’raf: 176)

اِذَا تُتۡلٰى عَلَيۡهِ اٰيٰتُنَا قَالَ اَسَاطِيۡرُ الۡاَوَّلِيۡنَ
Apabila ayat-ayat Kami dibacakan kepadanya, dia berkata, “(Ini adalah) dongeng-dongeng orang dahulu.”
…………
Dalam kehidupan ini, Allah telah meletakkan dimensi ruang, dengan segala hukum alamiyah, keunikan tempat, sudut-sudut keluasannya. Ada pula dimensi waktu, dengan titik awal masa, hingga pada ujung yang entah sampai kapan ada, disanalah Allah telah menggelar area dan kodrat zaman kisah kehidupan itu sendiri. Dengan adanya kisah kehidupan itu, secara otomatis melekat pada kehidupan dunia, itu sifat kesejarahan. Bahkan nantinya, secara imaniyah kita meyakuni, bahwa kisah kehidupan itu akan terus melintasi hingga graduasi alam kehidupan berikutnya.
Sisi epik kehidupan dunia ini adalah pada fase dihadirkannya sosok makhluk baharu, yang oleh Al-Khalik ditetapkan sebagai Khalifah dimuka bumi ini, yaitu manusia. Maka jagat cerita menjadi semakin dinamis, karena spesies yang bernama manusia ini memiliki jasad paling sempurna, akal yang melampaui, serta rohani yang menyala-nyala, untuk membedakan dengan kualitas makhluk lainnya, dan kelebihan itu pula yang menjadi argumen kelayakan bagi manusia, untuk menjadi pemimpin dimuka bumi.
Dan asbab kehidupan manusia ini, kini telah lahir dinamika kehidupan dunia yang terus bergerak menjadi budaya hidup dan kehidupan.

Dahulu Ir. Soekarno pernah terhenyak, tatkala hendak memasuki gerbang Museum Nasional negara Mexico, disana terdapat sebuah tulisan yang jelas terbaca, “Historia Vitae Magistra”, artinya adalah sejarah adalah guru yang terbaik. Maka muncullah sebuah kesadaran bahwa; perumpamaan seseorang yang menguasai dan memahami sejarah, laksana ksatria yang sedang membawa busur berikut anak panahnya, maka tatkala ia membentangkan panah, semakin ia kuat menarik tali panah kebelakang, maka akan semakin jauh lontaran yang akan dihasilkan. Demikianlah, betapa pentingnya sebuah penguasaan akan kisah sejarah. akan menjadikan seseorang, menjadi semakin bijak dan tepat dalam menggapai kehidupannya yang lebih baik dimasa depan.
Sering pula kita mendengar petatah petitih yang menyebutkan, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya. sebaliknya bangsa yang kerdil adalah bangsa yang melupakan jasa dan perjuangan para pahlawannya. Nah, salah satu kepentingan kita dengan mempelajari metode berkisah ini adalah, agar senantiasa akan terlahir generasi yang menghargai kebesaran para pahlawannya, hingga kelak mereka menjadi pewaris dan pelanjut kebesaran jiwa mereka, kepahlawanan serta semangat rela berkurban. Maka pada tipe generasi seperti inilah, uamat dan bangsa kita akan menjadi entitas yang layak tanding dan layak sanding, bukan sekedar dihitung, namun diperhitungkan didunia ini.

Allah Maha Tahu, bagaimana cara mendidik dan mempengaruhi jiwa manusia makhluk ciptaannya, salah satu diataranya dengan metode berkisah. Maka Allah memerintahkan kita untuk memanfatkan metode berkisah ini. Al-Quran merupakan petunjuk bagi manusia, artinya semua yang disampaikannya merupakan pesan dan nasihat-nasihat sehingga menjadi suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam membentuk pribadi manusia dari dahulu sampai dengan sekarang. Diantara metode al-Qur’an dalam menyampaikan pesan dan nasehat adalah melalui kisah. Al-Quran membawakan banyak sekali kisah, baik berkenaan dengan perjalanan para Nabi dan Rasul juga berbagai peristiwa yang terjadi antara mereka dengan orang-orang yang beriman maupun orang-orang yang kafir.
Juga berkenaan dengan kisah sejumlah orang atau kelompok, seperti kisah Adam, Nuh, Ibrahim, Maryam, Luqmân, Dzulqarnain, Musa, Firaun, Qârûn, pemuda al-Kahfi, tentara gajah, orang-orang yang dilemparkan ke dalam parit api dan kisah-kisah lainnya.
Kisah-kisah dalam al-Qur’an sangat menakjubkan dan sarat dengan pesan serta nasihat, baik secara tersurat maupun tersirat. Dalam menyampaikan pesan dan nasehat, tidak harus selalu disampaikan dengan jelas dan gamblang dengan metode ceramah, terkadang melalui kisah yang perlu perenungan terlebih dahulu itu lebih mengena di hati. Ketahuilah, satu orang anak yang terinspirasi untuk menjadi anak yang sholeh, dengan sebab kisah yang kita sampaikan, maka nilai pahalanya lebih baik daripada dunia dan seisinya.

ARTI KISAH
Secara Istilah, Cerita adalah Suatu Rangkaian Peristiwa, Baik Nyata Ataupun Rekaan, Yang Disampaikan Kepada Orang Lain.
Kata kisah berasal dari bahasa Arab, yaitu Qishatun- Qishashun bersinonim dengan kata cerita, kabar, berita atau riwayatDalam bahasa Inggris: story, tale atau narrative.Sedangkan sebutan pencerita dan pendongeng disebut al-Qash atau Qashasun, Sedang dalam bahasa India disebut pencerita disebut dengan kata sutradara.

MANFAAT KISAH
Kisah Alquran, kisah dalam hadits maupun sejarah, dapat digunakan untuk menyentuh hati dan membina perasaan ketuhanan, caranya:

  1. Mempengaruhi emosi, marah, takut, gembira, rela, merasa diawasi dan lain-lain.
  2. Mengarahkan semua emosi tersebut sehingga menyatu pada satu kesimpulan yg menjadi akhir cerita.
  3. Mengikut sertakan aspek psikis yang membawa pembaca atau pendengarnya larut dalam setting emosional penceritaannya, sehingga pembaca dengan emosinya, hidup bersama tokoh cerita.
  4. Cerita Qurani memiliki keistimewaan karena topik-topikkya dapat memuaskan pemikiran, seperti pemberian sugesti, keinginan, keantusiasan, perenungan dan pemikiran.
  5. Kisah qurani memberikan dampak keterikatan modeling dan pesan yang tidak dapat disangkal oleh anak-anak maupun pendengarnya.
  6. Kisah qurani juga menghadirkan kesadaran dan komitmen kesalehan bagi pengkisahnya sendiri, berbeda dengan cerita-cerita dongeng yang sekedar disampaikan, namun dampak tarbiyah bagi pendongengnya sendiri sangat lemah.

KLASIFIKASI KISAH
Kisah-kisah dalam Alquran, hadits maupun sejarah sangatlah unik dan istimewa, untuk membantu mempermudah memahami dan menganalisanya, maka kisah-kisah tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

  1. Berdasarkan Tokohnya: (1) Allah, (2) Manusia, (3) Malaikat, (4) Binatang, (5) Benda Mati, (6) Iblis, jin, setan, (7) Atau gabungan dari semuanya.
  2. Berdasarkan Waktu Kejadiannya (berdasarkan turunnya wahyu) : (1) Kisah-kisah sebelum Nabi, (2) Kisah Semasa hidup Nabi, (3) Kisah yang akan terjadi setelah kenabian, (4) Kisah kang telah terjadi, Sedang terjadi saat hidup Nabi, Saat ini Masih terjadi, Hingga akan terjadi dimasa depan.
  3. Berdasarkan Pola Penceritaannya: (1) Urut Runtut/kronologis), (2) Kilas balik/flash Back), (3) Lompatan Kedepan/For shadowing, (4) Kisah berbingkai.
  4. Berdasarkan okasinya: (1) Alam Malakut/diatas langit, (2) Langit, (3) Ruh/azalli, (4) Rahim, (5) Dunia, (6) Kubur, (7) Makhsyar, (8) Surga (9) Neraka

TINGKATAN DALAM BERKISAH
Ditinjau dari kesesuaian pesan dan nilai keIslaman, maka akan kita temukan berbagai jenis cerita, yaitu;

  1. CERITA ISLAM, adalah cerita yang memang sudah ada dalam kitab suci, Sirah Nabawiyah, sejarah shahih umat Islam, tokoh-tokoh mulia atau siapa saja yg disebutkan dlm kitab suci, hadits maupun sejarah.
  2. CERITA ISLAMI, merupakan fiksi yang sengaja dibuat untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu, yang pesan-pesan itu memang merupakan ajaran Islam.
  3. CERITA YANG DI-ISLAMISASIKAN, fiksi yang sudah ada, kemudian diperbaharui dan diberikan celupan khas keislaman.
  4. BUKAN CERITA ISLAMI. yaitu cerita rekaan yang bertentangan dengan nilai keIslaman.

KAPASITAS KEMAMPUAN PENGKISAH
Kemampuan seorang juru kisah itu kompleks, ia memerankan diri menjadi sebagai guru, ilmuwan, seniman dan rohaniawan sekaligus. Menyadari kompleksitas ini tentu kemampuan berkisah akan dipengaruhi oleh idealisme, ketrampilan dan totalitas diri dalam mendidik anak-anak melalui kisah, maka idealnya penyampaian kisah yang ia berikan kepada anak-anak memiliki kriteria-kriteria ideal dari peran tersebut. Meskipun dominasi dari salah satu peran tersebut akan menjadi suatu kemenonjolan atau penampilan khas dari juru kisah yang bersangkutan:

  1. Menguasai kisah aja, penyampaian kisah saja secara global, tanpa menyebutkan atau membacakan nash-nash nya.
  2. Menguasai Nash atau dalil Saja : penyampaian nash-nas tematik dari suatu kisah saja.
  3. Menguasai kisah dan nash: penyampaian kisah dengan meramu antara nash dan kisah secara bersamaan.
  4. Menguasai kisah, nash dan kreativitas : penyampaian cerita berdasarkan nash tematik, uraian kisah serta memperkaya dengan kreativitas berdasarkan kebutuhan komunikasi serta interpretasi terhadap kisah itu sendiri.
  5. Menguasai kisah, nash, kreativitas dan karisma ruhiah : penyajian sebagaimana nomer 4, namun dalam penyajiannya didorong oleh suatu komitmen, semangat, gelora batin dan tekad kuat untuk mengubah pendengarnya.

12 JURUS BERKISAH
Kita harus menguasai jurus-jurus dalam berkisah, agar pencapaian tujuan berkisah dapat tercapai, setidaknya gambaran umumnya sebagai berikut:

  1. Niat Untuk Amal Dakwah & Tarbiyah agar berubah bukan agar kagumI kita.
  2. Lembutkan Hati mereka sebelum berkisah dengan membaca bersama Kalimat Thayyibah. Agar ruh dan hati mereka subuh siap ditanami iman dan akhlak.
  3. Sampaikan Khutbatul Hajjah (tahmid, syahadat, shalawat dan seruan takwa) secara ringkas.
  4. Tanamkan & Segarkan Iman dengan mensyukuri keberadaannya, telah Allah lekatkan pada diri kita, jangan sampai terlepas dan sia-sia.
  5. Bacakan Ayat-Ayat QuranKisahkan Cerita dengan jujur tidak dibuat-buat (Sadiidan), memilih kata-kata yang memuliakan (Kariman), setiap ucapan berasal dari hati yg terlatih dgn qiyamullail (Tsaqilan), jelas tidak bertele-tele (Baligha), hindarii perkataan yang tidak merendahkan (maisura).
  6. Jauhkan Dari Setan & Hadirkan Malaikat, ingatkan ini adalah mengaji yg materinya kisah, jangan pisahkan antara kisah dgn mengaji, hakekatnya kita menyampaikan Qur’an bukan cerita saja. Dan jangan membuat mereka marah atau dongkol, marah mengundang setan, kalimat Rahmah menghadirkan naungan malaikat.
  7. Libatkan Mereka Dalam kisah melalui tanya jawab dan aba-aba kebersamaan.
  8. Evaluasi Daya Serap dengan psiko Sosio drama atau menceritakan ulang, serta anak diminta mengungkapkan apa yg ia bisa teladani dari tokoh baiknya.
  9. Ingatkan Akan Komitmen mereka kepada Alquran
  10. Sampaikan wasiat untuk menjaga takwa dimampukan dan kapanpun mereka berada.
  11. Ucapkan tahmid, berupa pujian kesempurnaan hanya bagi Allah, kebaikan yang kita tunjukkan adalah dr-Nya saja.Jangan lupa KEMBALIKAN & 12. DOAKAN kepada Allah, agar mereka memperoleh hidayah taufiq, semoga Mereka Terkesan & Berubah Menjadi Anak Sholeh, Tergerak Oleh dakwah yang yang kita kerjakan.

LANGKAH-LANGKAH BERKISAH

  1. Kumpulkan Ayat & Hadits Tematik yang berisi kisah maupun Yang Terkait dengan pesan kisah2. Membacakan Ayat-ayat Suci Tematik tersebut secara Tartil.
  2. Menjelaskan terjemahan lalu berikut Ilustrasi peristiwanya.
  3. Usahakan kita mengerti munasabah/kerkaitan ayat satu dengan sebelum atau sesudahnya, agar kita memahami jenis alur kisah (flash back, kronologis, for shadowing atau berbingkai).
  4. Penting bagi kita untuk mengetahui informasi ttg peta perjalanan dakwah dan peristiwa itu, misalnya Ibrahim lahir di Sanle urfa dan dimakamkan di Khalil Hebron.
  5. Motivasi anak untuk ittiba’ dan berubah (Sadari semua ini Titah Allah, banyak manfaatnya & merupakan bagian dari Tanggung Jawab kita dalam mengamalkan atau menyebarluaskan).
  6. Pimpin mereka untuk mengikrarkan tekad, baiat sert Doa Untuk berkomitmen dengan Kesholehan dalam cerita.
  7. Kaitkan cerita itu dengan Iman pada Allah dan hari Akhir.

Beberapa Larangan Dalam Berkisah

  1. Merujuk kepada buku-buku yang tidak standar, kisah-kisah Israiliyat, majusiniat maupun kisah-kisah yang tidak ada asalnya (Laa Ashlalahu)2. Interpolarisi cerita secara berlebihan, sehingga substansi kisah tereduksi dalam penceritaan yang melebar, bahan lelucon atau penyajian yang hanya menekankan kisah sebagai hiburan saja.
    2.Melakukan aksi maupun dialog yang tidak pada tempatnya, misalnya Allah berbicara, Malaikat sembrono, nabi muhammad diatraksikan dan yang sepadan dengan itu.
  2. Merendahkan sahabat nabi atau tokoh-tokoh agung dengan gaya, ucapan, gerak-gerik yang mjustru merendahkan martabat mereka.sebaliknya ketika memerankan aksi tokoh-tokoh zhalim boleh ditampilkan untuk menegaskan keburukan itu sendiri, sebagai hal yang tidak pantas dilakukan.Melepaskan antara keimanan dan keislaman dari kepribadian mereka.

Waspadai Jenis-Jenis Cerita Beracun

  1. Cerita-Cerita Yang Menimbulkan Rasa Takut Dan Cemas (horor)Cerita-Cerita Yang Berisi Khurafat, Mitos, legenda, Khayalan tak terkendali2. Cerita-Cerita Yang Lebih Menunjukkan Kekuatan Badan Daripada AkalCerita-Cerita Yang Mengunggulkan Kekuatan Jahat Dan Mengagungkannya
  2. Cerita-Cerita Cabul, Anti Sosial, Sadisme, paham LGBT dan sentimen SARA.

Teknik Berkisah Sejarah

  1. Kuasailah alur cerita, adegan, dialog dari sumber bacaan yang terpercaya. Bila perlu bacalah berulang-ulang hingga benar-benar dikuasai. Ingatlah, penguasaan terhadap pakem cerita amat esensial pada jenis cerita ini, bila tidak terkuasai kita akan terjebak kepada improvisasi yang merusak.
  2. Ceritakan kisah sejarah apa adanya, tanpa bumbu-bumbu cerita yang tidak relevan, jangan bumbui kisah perjuangan yang agung dengan humor, apabila memang dirasa tidak tepat.
  3. Usaha untuk membuat cerita lebih menarik biasanya difokuskan pada unsur suspence, ekspresi, penekanan pada adegan-adegan heroik dan dialog yang kuat.
  4. Bagian-bagian cerita yang belum saatnya disampaikan pada usia anak tertentu hendaknya disunting secara bijaksana, tanpa mengganggu keutuhan sejarah.usahakanlah agar cerita yang terlalu bercabang-cabang dapat terangkai dalam satu alur yang padu.
  5. Sampaikanlah cerita sejarah pada sekelompok anak yang memang belum pernah mendengarkannya, Bila ada anak yang tahu jalan ceritanya, ingatkan sejak awal agar tidak mengganggu teman-temannya dengan dengan memberi komentar dan tebakan-tebakan, Bila tidak tahan untuk memberi komentar ditengah-tengah cerita, ingatkanlah kembali secara bijaksana. Tegurlah bahwa apa yang diucapkannya itu mengganggu kita, namun tetaplah tersenyum ramah.
  6. Ajaklah anak didik kita mengambil hikmah dari kisah itu, berikan motivasi untuk meneladani tokoh dan perbuatan yang mulia, ajaklah mereka menjauhi perbuatan yang tercela. 7. Sebaiknya nasehat yang diselipkan ditengah cerita tidak terlalu panjang. Hal ini akan terasa menjengkelkan bagi anak-anak, hikmah sebaiknya disampaikan pada akhir cerita.

ADAB DALAM BERKISAH
Dalam berkisah secara Islami, penting bagi pengkisah untuk menjaga adab atau kesantunannya. Persoalan adab ini mencakup niat penyampaian, sikap untuk memuliakan sumber kisah, menghormati anak-anak maupun pendengar, berkomunikasi secara pantas, dengan memahami perbedaan latar maupun nalar anak-anak dan pendengar lainnya.
Mengapa hal ini harus dilakukan? tentu untuk memastikan, sikap, tindakan atau pernyataan kita tidak disalah interpretasikan oleh mereka, sebagai sajian berkisah yang kasar, berisi ancaman, pernyataan bernada nekat atau merugikan.
Penyampaian kisah harus berjalan dengan sikap penuh hormat, bagi kita, menjadi sangat penting untuk menunjukkan rasa hormat, sehingga membekas kepada setiap pesan atau ajakan secara elegan, baik disadari atau tidak disadari oleh pendengarnya.
Hendaknya kita selalu berusaha untuk menjaga disiplin diri dalam menghadirkan sikap hormat ini (ikram, respect) tersebut, dalam urut-urutan adab. semenjak sikap batiniyah, penyampaian kisah, hingga ritual doa pasca berkisah ini. Berawal dari menjaga niat seraya mengucap lafaz basmallah, ketulusan menebarkan salam, kehati-hatian bertutur kisah, kesriusan menghantarkan ibrah, mengkontruksikan kesadaran, serta mengikat erat tekat pada anak-anak untuk berubah,
Setidaknya ada beberapa etika turunan yang akan hadir, jika kita menjaga disiplin diri dalam menempuh jalur ikram tersebut, karena itu perlu saya ketengahkan rambu-rambu berikut:

  1. Menghormati dan memelihara fitrah tauhid setiap anak
  2. Berpegang teguh pada nilai-nilai utama, yaitu akhlak alquran
  3. Terus-menerus menghormati dan menghargai setiap orang yang menikmati kisah yang kita tuturkan.
  4. Tidak melupakan mencapai tujuan kegiatan berkisah itu sendiri.
  5. Menghadirkan komunikasi yang santun, kreatif, saling menghormati dan saling menghargai.
  6. Menyadari dan menghargai keyakinan dan kadar akal anak-anak.

Kuncinya adalah keinsyafan pada diri kita, berupa kehadiran hati nurani yang hidup dengan iman serta bersih terpelihara, hal ini akan menjadikan kita lebih sensitif dalam berkisah, senatiasa mudah untuk menyadari, apabila kita melakukan pelanggaran dalam berkisah, diantaranya:

  1. Sengaja atau tidak menyinggung atau melukai hati anak-anak.
  2. Sengaja atau terlupa tidak menyebutkan nama asli para tokoh dalam kisah.
  3. Sengaja atau tidak menyelewengkan kebenaran sejarah, dengan memilih versi kisah yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.
  4. Menyeru pada ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan aqidah Islam.
  5. Menyampaikan kisah yang menimbulkan kontroversi.
  6. Mengarahkan anak-anak kepada paham atau sikap negatif atau berlebihan.
  7. Tidak bijaksana dengan mengekplorasi unsur pornoaksi dan hal yang berbau permusuhan.
  8. Menggunakan bahasa, diksi, sebutan maupun ekspresiasi yang kurang sopan.
  9. Menceritakan kekerasan secara berlebihan.
  10. Mencontek kisah dari orang lain tanpa seizin mereka, yang berakibat ketidak hadiran ruh berkisah pada diri pengkisah sendiri.

Seharusnya setiap kisah yang kita suguhkan; menyuburkan iman, menguatkan motivasi, menggembirakan hati, menggugah kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik serta menghadirkan kedamaian. Namun jika kisah yang kita sampaikan justru menimbulkan kemarahan, fanatisme (ta’ashub), antipati, caci maki, kesombongan, kemarahan serta ketakutan, maka sebenarnya kita tidak sedang men-tarbiyah anak-anak dengan baik, melainkan sedang mengarahkan anak-anak kepada ketidak seimbangan mental, bahkan kerusakan kepribadian mereka, maka saya menyebutnya sebagai “Pengkisah Beracun”.
Kita meyakini, dengan menerapkan adab yang baik dalam berkisah, anak-anak akan merasa nyaman, dengan anda atau semua orang yang hadir di ruang penyampaian kisah-kisah tersebut, kemudian merasakan hadirnya pencerahan, serta semangat baru untuk menjalani hidup dengan kesalehan.

Maka berkisahlah, niscaya engkau berubah, wallahu a’alam (090723)

Tinggalkan komentar

Hey!

I’m Bedrock. Discover the ultimate Minetest resource – your go-to guide for expert tutorials, stunning mods, and exclusive stories. Elevate your game with insider knowledge and tips from seasoned Minetest enthusiasts.

Join the club

Stay updated with our latest tips and other news by joining our newsletter.

Senarai Blog